Beranda » Finansial » Cetak Uang Banyak untuk Mengatasi Kemiskinan, Bisa Kah?

Cetak Uang Banyak untuk Mengatasi Kemiskinan, Bisa Kah?

Cetak uang sebanyak-banyaknya, kemudian dibagikan kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan. Agar seluruh masyarakat Indonesia dapat memiliki kehidupan yang layak dan berkecukupan.

cetak uang Bank Indonesia

Pastinya Anda pernah memikirkan hal tersebut, tapi apakah hal itu dapat dilakukan dan pernah terjadi? dan apa akibatnya jika Bank Indonesia melakukan hal ini?

Apakah Pernah Terjadi?

Ya, hal semacam ini pernah dilakukan oleh salah satu negara di Eropa. Negara tersebut bernama Hongaria, letaknya berbatasan dengan Austria di sebelah barat.

Kala itu, Hongaria mengalami kekalahan saat Perang Dunia Pertama. Setelah kalah perang, kondisi ekonomi Hongaria mengalami defisit anggaran dan kelumpuhan.

Dengan kondisi seperti itu, Hongaria sangat membutuhkan uang untuk menutupi kekurangan anggaran. Selain itu, mereka juga harus menggerakan ekonominya.

Langkah yang diambil oleh pemerintah Hongaria adalah dengan cetak uang dengan jumlah banyak. Uang tersebut kemudian disalurkan ke Bank, perusahaan, dan masyarakat.

Sebelum Perang Dunia, 1 Dolar Amerika setara dengan 5 Kronen. Namun, setelah 10 tahun kemudian (1924) nilainya menjadi sangat amat melemah.

Dalam kurun waktu tersebut, nilai mata uangnya melemah hingga 1.400.000%. Sebelumnya 1 Dolar setara 5 Kronen, kemudian melemah menjadi 1 Dolar setara 70.000 Kronen.

Kita buat perbandingan yang lebih mudah dipahami. Jika pada 2010, 1 Dolar setara dengan Rp 9000. Maka 10 tahun kemudian, nilainya menjadi Rp 126.000.000.

Kebijakan cetak uang tersebut bahkan terus diberlakukan. Setelah Perang Dunia Kedua, mereka mengubah mata uang dari Kronen menjadi Pengö.

Namun, pergantian tersebut tidak juga membuat perekonomian mereka membaik. Akhirnya mereka lagi-lagi melakukan hal yang sama, yaitu mencetak uang.

Serupa dengan sebelumnya, mereka menyalurkan uang tersebut ke Bank, perusahaan, dan masyarakat. Akibatnya, petaka! tingkat inflasi mereka menjadi yang tertinggi dalam sejarah.

Sebuah barang seharga 379 Pengö pada september 1945 naik jadi 72.000 Pengö di Januari 1946. Sebulan kemudian tepatnya Februari, naik lagi menjadi 450.000 Pengö.

Tidak sampai di situ, pelemahan tersebut terjadi hingga mencapai 1 triliun triliun Pengö pada 22 juli 1946. Puncaknya, inflasi di Hongaria mencapai 150.000% dalam satu hari.

Kita ambil contoh, jika hari ini harga satu bungkus kopi sachet adalah Rp 2.500. Maka besok harganya naik jadi Rp 3.750.000. Bahaya sekali kan efek cetak uang sembarangan.

Bahaya Cetak Uang Banyak untuk Ekonomi Negara

Setelah mengetahui bahayanya mencetak uang sebanyak-banyaknya dan membagikannya ke masyarakat. Mari kita bahas secara teknis mengapa hal itu terjadi.

Jadi, ketika pemerintah mencetak banyak sekali uang maka uang yang beredar pun akan bertambah. Akibatnya masyarakat menjadi jauh lebih konsumtif dari sebelumnya.

Sehingga permintaan barang dan jasa akan meningkat secara signifikan. Sedangkan ketersediaan barang tidak ikut meningkat, akhirnya barang-barang menjadi langka.

Akibatnya, penjual memutuskan untuk menaikan harga barang jualan mereka. Hal semacam ini sebenarnya sering terjadi dan bisa kita lihat pada waktu-waktu tertentu.

Misalnya saat menjelang lebaran, di mana orang-orang memiliki banyak uang dari THR, gaji, dan sebagainya. Mereka akan menggunakan uang mereka untuk berbelanja.

Permintaan akan barang-barang seperti pakaian, sembako, dan sebagainya akan meningkat. Kenaikan tersebut membuat barang-barang menjadi lebih sulit untuk ditemukan.

Akhirnya penjual memutuskan untuk menaikan harga barang jualan mereka. Bisa Anda bayangkan, dari uang THR saja bisa membuat ekonomi menjadi sedikit kacau.

Bagaimana jika pemerintah cetak uang dengan jumlah banyak dan membagikannya untuk masyarakat. Pastinya ekonomi Indonesia bisa menjadi sangat kacau.

Tidak hanya itu saja, mata uang Rupiah pun akan tidak bernilai lagi. Itulah mengapa pemerintah dan Bank Indonesia tidak bisa melakukan percetakan uang dengan asal.

Dibutuhkan perhitungan dan perencaan yang matang. Pemerintah pun harus melakukan penelitian terhadap kebutuhan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Demikian artikel kali ini, semoga dapat bermanfaat dan jangan lupa untuk membagikannya agar lebih banyak lagi yang mengetahui informasi ini, terima kasih.

Bagikan Artikel: